Argumen Teologis Para Penyeberang
Studi Testimoni Muallafin dan Murtaddin di Internet
Abstract
Kajian tentang konversi agama merupakan tema yang paling menarik dan penting bagi para peneliti agama dan psikologi agama, terutama bagi mereka yang ingin memahami dan menjelaskan fenomena keagamaan yang banyak terjadi di antara pemeluk agama-agama di dunia. Apalagi, dengan bergulir era modern dengan berbagai kemajuan teknologi informasi muncul kecenderungan baru para pelaku konversi agama dalam memilih dan menggunakan media atau alat untuk mengekspresikan diri dan mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pandangan pribadi, termasuk dalam pengalaman keagamaan dan pilihan keyakinan hidupnya, yaitu melalui situs-situs internet yang mengunggah testimoni mereka, baik dari kelompok muallafin maupun murtadin, di dunia maya.
Dengan latar pemikiran di atas maka penelitian bertujuan untuk mengetahui argumentasi teologis para mualaffin dan murtadin sebagai landasan berfikir mereka untuk memeluk agama barunya. Selain itu, secara akademik, hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pengayaan dan pengembangan pembelajaran bagi baik matakuliah Psikologi Agama sendiri maupun beberapa matakuliah terkait, seperti matakuliah Pendidikan Agama Islam, Agama Islam Kontekstual, Pengantar Studi Agama, dan Filsafat Ketuhanan. Obyek material penelitian ini adalah testimoni para pelaku konversi agama yang diunggah di situs internet dan psikologi agama sebagai obyek formalnya, dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang lazim dalam penelitian kualitiatif filsafati, metodologik yaitu: deskriptik, interpretatif, dan reflektif.
Dari hasil penelitian terungkap bahwa konversi agama didahului dari proses berfikir tentang doktrin dan dogma Ketuhanan yang tidak bisa dipahami oleh kemampuan nalarnya. Persoalan teologis terkait konsep ketuhanan yang Trinitas ataupun status ketuhanan Yesus sendiri seringkali menjadi masalah krusial yang dikaitkan dengan peristiwa konversi agama yang dilakukan oleh para pemeluk kristen ketika memutuskan diri menjadi seorang muallaf. Pemahaman teologis terhadap sila pertama inilah yang kemudian mendorong mereka untuk memikirkan kembali konsep ketuhanan yang selama ini mereka anut selama mereka menjadi kristiani dan mempertanyakan mengapa agama Kristen dibiarkan keberadaannya di Indonesia, padahal konsep ketuhanannya bersifat Trinitas. Demikian pula sebaliknya, di antara murtadin juga memiliki argumentasi teologis yang justru memperkuat keyakinan akan posisi dan status ketuhanan Yesus Kristus atau yang mereka kenal sebelumnyan sebagai Nabi Isa al-Masih. Yesus, oleh murtadin, kini diyakini sebagai Sang Juru selamat, Dengan pemahaman barunya tersebut akhirnya si murtadin tersebut menyatakan iman percaya kepada Al-Masih 'Isa sebagai Tuhan dan Juruselamat baginya dan bagi umat manusia.