EKSISTENSI RITUAL TOLAK BALA PADA MASYARAKAT NELAYAN KODINGARENG
Tinjauan Antropologi Terhadap Kepercayaan Lokal Masyarakat Nelayan di Pulau Kodingareng Makassar
Abstract
Tulisan ini mengkaji tentang Eksistensi Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Nelayan Kodingareng (Tinjauan Antropologi Terhadap Kepercayaan Lokal Masyarakat Nelayan di Pulau Kodingareng Makassar). Adapun fokus masalah yang ingin dicapai adalah untuk memahami makna dari pelaksanaan ritual tolak bala Je’ne Uring di Pulau Kodingareng, serta mengapa ritual ini masih tetap bertahan di tengah perkembangan zaman.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengidentifikasi dan memahami subyek informan yang diteliti. Dalam melakukan penyajian data, yakni pengolahan dan analisis data, peneliti cenderung menggunakan model reduksi data, serta penarikan kesimpulan agar data yang dihasilkan dapat disusun secara sistematis dan memadai. Selain itu, analisis data yang dilakukan oleh peneliti berlangsung sepanjang penelitian ini, sehingga memungkinkan untuk terus menerus melakukan evaluasi dan proses triangulasi data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ritual je’ne uring merupakan tradisi masyarakat nelayan Kodingareng yang ditujukan sebagai rasa syukur dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk kembali dibukakan pintu rezeki ketika nelayan melaut. Selain itu, ritual ini juga bertujuan untuk memohon kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari bala dan marabahaya ketika para nelayan Kodingareng beraktivitas di laut. 2) Ritual tolak bala bernama Je’ne Uring di Pulau Kodingareng masih eksis di tengah perubahan zaman dan masuknya Islam sebagai agama formal di dalam masyarakat pesisir dan pulau-pulau Makassar. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat yang tetap menjalankan ritual tolak bala tersebut menganggap tradisi ini sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Selain itu, sikap dan penghormatan terhadap warisan dari nenek moyang juga menjadi faktor penting mengapa ritual dan kepercayaan lokal ini masih tetap dipertahankan oleh sebagian masyarakat nelayan Kodingareng.